TRIBUNNEWS.COM,PONOROGO - Pasar Sepeda Onthel untuk kalangan pelajar tergolong masih sepi.
Kendati saat ini memasuki musim menjelang pendaftaran sekolah bagi kalangan pelajar setingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Salah satunya disebabkan tidak adanya larangan bagi kalangan pelajar mulai setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga SMA menggunakan sepeda motor untuk berangkat dan pulang sekolah.
Kondisi sepinya penjualan sepeda onthel sejak memasuki masa pendaftaran sekolah itu, seperti yang dirasakan dan dialami sejumlah pedagang sepeda onthel bekas dan baru di sentra penjualan sepeda onthel di JL Pahlawan, Kota Ponorogo.
Para pedagang mengeluhkan sepinya penjualan sepeda onthel itu, sejak diperbolehkan dan tidak adanya larangan bagi siswa setingkat SMP menggunakan motor ke sekolah.
Kendati demikian, sejumlah pedagang lainnya merasakan minat pembelian sepeda onthel untuk siswa setingkat SMP justru lebih banyak berasal dari luar Kota Ponorogo.
Diantaranya berasal dari Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
"Lesunya penjualan sepeda onthel untuk kalangan pelajar ini dipicu tak adanya larangan bagi siswa setingkat SMP membawa motor ke sekolah," terang salah seorang pedagang sepeda onthel di kawasan JL Pahlawan, Kota Ponorogo, Sholikin ini kepada Surya, Selasa (3/6/2014).
Lebih jauh, pria berusia 55 tahun asal Desa Karanggebang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo ini mengungkapkan sampai sepekan menjelang pendaftaran sekolah ini, pasar permintaan sepeda onthel untuk para pelajar masih sepi.
Apalagi, khusus pelajar asal Kabupaten Ponorogo justru belum ada sama sekali. Hal ini, disebabkan siswa SMP di Ponorogo sudah bebas membawa motor ke sekolah.
"Belum ada lonjakan sama sekali, permintaan masih sepi meski sudah memasuki pendaftaran sekolah. Kalau dibanding tahun-tahun lalu di musim masuk sekolah justru turun drastis," imbuhnya.
Lebih jauh pria yang sudah berjualan sepeda onthel sejak Tahun 1976 menguraikan penurunan drastis permintaan sepeda onthel ini disebabkan para pelajar SMP di perkotaan dan pelosok desa di Ponorogo sudah menggunakan motor ke sekolah meski tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
"Para siswa SMP yang bawa motor tidak parkir di sekolah, tetapi parkir di rumah warga terdekat dari sekolah kan sama saja kalau tak ada penertiban. Dulu kalau belum diperbolehkan bawa motor permintaan selalu naik menjelang pendaftaran," ungkapnya.
Kini, yang masih diminati kata Sholikin adalah sepeda untuk anak-anak usia Play Group, TK dan SD. Bahkan untuk warga Ponorogo sendiri permintaannya untuk sepeda anak setingkat play group hingga SD masih stabil.
"Orang tua banyak mencarikan sepeda buat anaknya yang bekas. Karena harganya miring dan sifat anak gampang jenuh sehingga pasar sepeda tujuan untuk mendapatkan sepeda bekas masih bagus-bagus," urainya.
Penjual sepeda lainnya, Santoso mengaku saat ini, yang banyak peminatnya adalah sepeda untuk ukuran anak kecil.
Sehari, saat ini untuk sepeda ukuran anak-anak bisa menjual 8 sampai 10 unit.
"Yang banyak diminta sepeda roda tiga (sepeda dorong), sepeda ukuran 13 dan ukuran 16 untuk anak-anak. Harganya mulai Rp 200.000 sampai Rp 350.000. Ada yang bekas dan ada yang baru bergantung pembeli," ucapnya.
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Sejumlah sepeda onthel dipamerkan dalam pameran sepeda bertema De Oude Fiets : 116 Tahun Sepeda Mewarnai Indonesia di Bentara Budaya, Jakarta Pusat, Selasa (12/7/2011). Pameran yang akan berlangsung hingga 16 Juli 2011 ini memamerkan sejumlah sepeda onthel dari sejumlah negara seperti Flater dari Jerman, Gazelle dan Simplek Belanda, Derby Belgia, dan Union dari Amerika Serikat. (tribunnews/herudin)
0 comments:
Post a Comment