TRIBUNNEWS.COM, AFGHANISTAN - Setelah sebelumnya menggunakan keledai untuk melekatkan bom, Taliban kini diduga kuat menggunakan seekor burung untuk melakukan aksi serangan bom.
Hal ini terungkap setelah kepolisian Afghanistan berhasil menembak mati seekor burung yang terbang rendah mendekati titik pemeriksaan yang berada di Provinsi Faryab yang berbatasan dengan Turkmenistan pada Sabtu (29/11/2014) kemarin.
Ini, merupakan kali pertama polisi Afghanistan menemukan metode serangan bom dengan menggunakan seekor burung.
Berdasarkan penjelasan dari pihak kepolisian, burung itu pertama kali terdeteksi ketika terbang rendah diatas pos pemeriksaan di jalan yang menghubungkan Provinsi Faryab dan Jawjan di Distrik Shereen Tagab.
"Burung ini dilengkapi dengan peralatan GPS yang dipasang di bagian kepala. Jelas ini digunakan oleh pihak yang belum kami ketahui, kemungkinan Taliban untuk melakukan serangan bom terhadap polisi," jelas Ahmadullah, seorang anggota kepolisian setempat, sebagaimana dikutip tribunjogja.com dari khaama.com.
Menurut dia, pihak penyerang terbukti mencoba menggunakan media lainnya untuk melakukan serangan bom. sebelumnya, Taliban diketahui menggunakan seekor keledai untuk melakukan aksi serangan bom.
Belajar dari peristiwa itu, kepolisian pun langsung mengerahkan sniper untuk melumpuhkan burung yang teridentifikasi membawa sesuatu yanng mencurigakan. Akhirnya, seorang penembak jitu berhasil melumpuhkan burung itu sebelum bom yang dibawanya meledak mengenai petugas kepolisian.
"Beruntung tidak ada yang terluka, kami sangat berterima kasih atas aksi pencegahan ini sehingga tidak terjadi sebuah penyerangan yang tak biasa," tambahnya.
Ahmadullah menegaskan bahwa pihaknya baru pertama kali menemukan metode yang digunakan untuk menyerang institusi pemerintahan tersebut.
Belum jelas siapa yang paling bertanggung jawab atas percobaan aksi penyerangan bom itu. Namun, lokasi Provinsi Faryab selama ini dikenal sebagai lokasi rawan lantaran kerap kali menjadi sasaran penyerangan dari milisi Taliban dan Al-Qaeda.
Dari peristiwa tersebut, aparat militer kini dituntut untuk lebih waspada terhadap berbagai macam kemungkinan yang bisa dijadikan media untuk menyerang mereka. (mon/tribunjogja)
0 comments:
Post a Comment