Wednesday, February 26, 2014

Buruknya Pengelolaan Rusunawa Jakarta


Buruknya Pengelolaan Rusunawa Jakarta

Wahyu Sulistiyawan







Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Mohamad Yusuf


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Memiliki hunian yang layak ternyata masih hanya sebatas impian semata bagi banyak orang. Bahkan, untuk menghuni di tempat sekelas rumah susun sederhana sewa (rusunawa) sekalipun, sangat sulit didapat warga.


Pasalnya, tidak hanya masalah jumlah rusun yang saat ini masih kurang, pengelolaan rusun itu sendiri juga masih cukup buruk. Yang pada akhirnya, karena menunggu lama menanti unit rusun, terpaksa warga membeli unit kepada salah satu oknum.


Tak hanya itu, buruknya pengelolaan rusun juga, mengakibatkan warga relokasi terpaksa menumpang pada warga di unit rusun dan hidup terkatung-katung. Seperti yang dialami oleh sepasang suami istri, Herlina (32) dan Riyanta (37). Keduanya yang kini menghuni di Blok A lantai 1.04, Rusunawa Cakung Barat, Cakung, Jakarta Timur, harus meninggalkan unitnya.


Pasalnya ia dapat menghuni rusun tersebut karena membelinya dengan penyewa unit tersebut. Namun, yang dilakukannya bukanlah tanpa alasan. Keinginannya untuk menghuni di tempat yang aman, nyaman, dan layak, sudah 12 tahun ia nantikan.


"Saya sudah sejak 2008 mengajukan ke pengelola untuk bisa menghuni rusun ini. Semua syarat telah lengkapi. Bahkan sampai saat ini, saya sudah empat kali mengajukan permohonan untuk menghuni di rusun ini. Tapi tidak pernah ada tanggapan," kata Herlina ditemui di unit rusunnya, Senin (24/2/2014) siang.


Pasalnya, sejak ia menikah 12 tahun lalu, ia selalu mengontrak rumah. Harganya pun berkisar Rp 500.000 sampai Rp 600.000 untuk rumah petakan. Namun, Herlina semakin membutuhkan tempat yang layak. Pasalnya, ia mulai memiliki seorang putri pada tiga tahun lalu.


"Pas saya punya anak, saya langsung berusaha keras untuk bisa pindah ke tempat yang layak. Karena tempat kontrakan saya selalu banjir dan lingkungan saya nggak sehat," katanya.


Ia mengaku trauma, lingkungannya yang tidak sehat, menyebabkan anak pertamanya kala itu, sakit dan hingga akhirnya meninggal. Karena itulah, ia tidak ingin kejadian tersebut menimpanya lagi pada anak keduanya.


"Sedih saya melihat anak pertama saya terserang penyakit dan akhirnya meninggal, karena lingkungan kami yang nggak sehat. Saya nggak mau itu terulang sama anak saya sekarang. Makanya, saya butuh rumah yang lingkungannya bersih, nyaman, dan bebas banjir," katanya yang sebelumnya tinggal di kontrakan RT 08/08 Gang Dani, Kampung Sawah, Cakung Barat, Cakung Jakarta Timur.


Karena itu, setelah melihat rusunawa Cakung Barat telah dibangun, ia pun bertekad tinggal di rusun tersebut. Ia menanyakan ke pengelola mengenai syarat-syarat. Ia pun memenuhinya. Namun, empat tahun lamanya, usaha permohonan huni rusun itu sia-sia. Ia tidak pernah dapat tanggapan dari pihak pengelola rusun.


"Akhirnya ada yang nawarin saya buat beli rusunnya. Orangnya minta Rp 34 juta. Ya karena saya sudah capek dan pasrah, akhirnya saya setuju. Meskipun saat itu saya nggak punya uangnya. Saya DP Rp 500.000," kata ibu yang saat ini tengah hamil empat bulan.







0 comments:

Post a Comment