TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 48 Klender, Jakarta Timur, sudah cukup memprihatinkan dan rawan ambruk. Namun, anggaran perbaikan untuk sekolah itu tidak disetujui.
Anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DPRD DKI, Williiam Yani, membantah DPRD menolak rehabilitasi gedung tersebut. Menurutnya, dalam setiap pengajuan anggaran rehabilitasi gedung sekolah, Dinas Pendidikan (Disdik) membuat daftar prioritas gedung yang harus diperbaiki.
"Disdik yang membuat daftar prioritas itu. Disdik yang menilai sebuah gedung sekolah harus diperbaiki segera atau tidak. Mungkin saat pengajuan anggaran, Gedung SMKN 48 tidak menjadi prioritas untuk segera direhabilitasi," katanya kepada Tribunnews.com, Minggu (30/3/2014).
Menurut William, masih banyaknya gedung sekolah yang rusak parah di Jakarta karena kualitas bangunan yang rendah. Bangunan yang seharusnya bertahan selama 10 tahun, hanya dapat bertahan tiga tahun.
"Untuk itu, pengawasannya harus ketat. Disdik harus segera merehabilitasi gedung SMKN 48 menggunakan dana darurat. Jangan menunggu ambruk baru diperbaiki," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Eko Wahyu Wibowo, Kepala SMKN 48 Klender, menyebutkan pihaknya melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta sudah mengajukan anggaran sebesar Rp 8,5 miliar, untuk rehab total pada tahun 2013 lalu untuk anggaran 2014. Namun anggaran tersnebut tidak disetujui DPRD DKI.
Menurut Wahyu, pihaknya akan mengajukan anggaran rehab tersebut untuk 2015 nanti.Gedung sekolah itu merupakan gedung kedua setelah gedung inti yang memiliki tiga lantai. Jika gedung inti kondisinya masih cukup baik karena baru direhab pada 2004 lalu. Sementara gedung kedua, memiliki enam ruang kelas, kondisinya sudah rawan ambruk.
"Gedung yang rawan ambruk itu, sebelumnya adalah gedung SDN Klender 03 pagi. Lalu ditukar guling pada 2003 lalu, karena ada sebagian gedung SMKN 48 yang berada di gedung SDN itu, tapi gedung itu tidak pernah direhab," katanya.
Gedung SMKN 48 sendiri, dibangun pada 1979. Mengalami rehab kali pertama pada 1996. Kemudian, mengalami rehab total pada 2004. Untuk ruangan belajarnya sebanyak 12 ruangan. Ditambah dengan ruangan lainnya, ruang laboratorium, ruang kepala sekolah, wakil kepala sekolah, perpustakaan, dan BP.Sementara, sekolah seluas 1.798 meter persegi itu memiliki 786 siswa.
Akibat kondisinya yang membahayakan peserta didik, SMKN 48 Jakarta Timur terpaksa akan menerapkan sistem dua sesi kegiatan belajar mengajar (KBM).
0 comments:
Post a Comment