TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan anggota DPR periode 2004-2009, Eka Santosa mengungkapkan manipulasi suara yang mungkin terjadi dalam pemilu 2014 bersumber pada Daftar Pemilih Tetap (DPT).
"Ketidakjelasan jumlah DPT menjadi sumber utama manipulasi, karena ini bisa saja dimanfaatkan oleh sindikat untuk menghilangkan surat suara," ujar Eka, Senin (31/3/2014).
Caleg Partai NasDem dari Dapil Jawa Barat 10 itu mengatakan manipulasi yang juga bisa terjadi adalah dengan menyalahgunakan undangan bagi pemilih. Menurutnya tiap calon pemilih seharusnya mendapatkan undangan untuk datang ke Tempat Pemilihan Suara (TPS), namun dilakukan manipulasi dengan tidak memberikan undangan tersebut kepada yang bersangkutan sehingga pemilih tidak datang ke TPS karena tidak mendapatkan undangan.
"Ini akan meningkatkan angka golput atau kartu suaranya akan dimainkan oleh aparat-aparat yang curang," jelasnya.
Sementara caleg dari Partai Golkar Muhammad Fahreza Sinambela menuturkan kecurangan atau manipulasi pemilu pasti selalu ada. Namun menurutnya bagaimana saat ini supaya meminimalisir hal tersebut karena kecurangan tidak bisa dihentikan. Ia menjelaskan manipulasi bisa terjadi pada penyimpangan perhitungan suara, penyalahgunaan surat suara, dan adanya KTP fiktif pemilih.
"Manipulasi sifatnya situasional bisa dilakukan mulai dari PPS hingga KPU tingkat provinsi. Contoh kecurangan pemilu adalah penghitungan surat suara dari Panitia Pemilihan Suara (PPS) dengan memanipulasi data suara golput," ujarnya.
"Selain itu, tiga hari setelah pemilu, adalah hari yang paling rawan adanya perubahan data suara karena terjadinya jual beli surat suara oleh aparat penyelenggara pemilu. Ini dijadikan proyek untuk memenangkan caleg, dan merupakan praktek korupsi yang paling kejam," imbuhnya.
0 comments:
Post a Comment