Laporan Wartawan Tribun Jambi, Hendri Dede Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI -- Industri pelayaran di Jambi sedang mengalami penurunan daya angkutan. Ini dipengaruhi oleh merosotnya harga batu bara di pasaran dunia dan penurunan ekspor minyak nabati/crude palm oil (CPO). Adapun itu kondisi alam berupa rendahnya debit air Sungai Batanghari turut melengkapi.
"Kondisi pelayaran sedang menurun, jatuhnya harga batu bara di pasaran dunia, permintaan juga CPO yang menurun," ungkap Edie Best, Ketua Asosiasi Pengusaha Pelayaran Jambi atau Indonesia National Shipowners Association (INSA) Jambi, Senin (31/3/2014).
Edie menyampaikan jasa pelayaran di Jambi masih mengandalkan angkutan yang didominasi sektor batu bara, CPO dan karet sebagai komoditas ekspor keluar negeri dan lokal antar daerah. Sehingga besarnya angkutan setiap hari tergantung pada besaran tingkat ekspor Jambi pada sektor tersebut.
Ia menegaskan, terlebih bila permintaan dan harga tiga komoditas tersebut anjlok akan sangat berpengaruh. Sedangkan mengenai biaya jasa sewa kapal menurutnya masih stabil. Tarifnya, kata dia, setiap kapal berbeda, tergantung tujuan angkutan oleh eksportir.
Dia mencontohkan untuk tarif angkutan ke Malasyia langsung dari pelabuhan masih di kisaran dari 12 dolar AS per ton. Untuk angkutan lokal kebanyakan dari pelabuhan Talang Duku, dengan tujuan Jambi-Dumai, Jambi-Palambang, termasuk ke pelabuhan Merak oleh 60 kapal beroperasi. Sedangkan dalam satu bulan sebutnya, kunjungan kapal bisa sampai 150 cold. "Anggota kita ada 30 pelayaran. untuk yang 60 kapal yang diimiliki 6 perusahan, yang lainnya merupakan kapal-kapal keagenan," ungkapnya.
Sampai saat ini INSA Jambi mengharapkan tiga komoditas andalan tersebut membaik, sehingga akan meningkatkan angkutan kapal yang ada.
0 comments:
Post a Comment