Oleh: Alex Palit
Jelang Pilpres 2014, adalah hal yang jamak dalam medan laga politik di mana partai politik akan saling cari dukungan untuk memenangi pertempuran terutama di pemilihan calon presiden 2014. Termasuk memanfaatkan jurus saling dukung-mendukung siapa jagoan siapa yang akan dimajukan berlaga di ajang pilpres tersebut. Urusan cari dukungan dan saling dukung-mendukung ini hukumnya tidak haram.
Tapi saya sempat miris ketika membaca berita ada elit politik partai politik mencari dukungan dengan mengundang mengumpulkan puluhan pengusaha untuk mendapat dukungan pelaku bisnis ini dalam memenangkan partainya di Pemilu 2014, terutama saat di Pilpres 2014.
Kalau sekadar kumpul makan bersama elit partai bareng pengusaha untuk bersilahturahmi hal yang bisa dalam rangka cari dukungan dan saling dukung-mendukung. Justru yang harus kita waspadai jangan sampai sampai acara kumpul-kumpul dalam rangka cari dukungan dan saling dukung-mendukung ini disertai konsesi-konsesi politik berupa ‘Politik Dagang Sapi’ jelang Pilpres 2014.
Dalam kamus politik disebutkan bahwa ‘Politik Dagang Sapi” itu merupakan bentuk pemufakatan politik di antara partai, bisa juga dilakukan oleh sebuah partai dengan pihak-pihak tertentu melakukan tawar-menawar atau konsensi-konsensi lainnya untuk memenuhi keinginan masing-masing pihak yang terlibat didalamnya. Karena dalam istilah ‘Politik Dagang Sapi’ adalah jual-beli bisa dengan cara diborong atau saweran jadi semuanya berhitung, ada pamrihnya, tidak ada yang gratisan.
Secara sederhana, ‘Politik Dagang Sapi’ sering diartikan dan dimaknai di mana kekuasaan politik telah disusupi oleh transaksional jual-beli kepentingan, ada pamrihnya bukan hal gratisan. Mana jatah buat saya, mana jatah jabatan buat saya, mana jatah proyek buat saya, pokoknya mana jatah buat saya yang kau janjikan. Di sini kekuasaan yang seharusnya sebagai amanah untuk menyejahterakan rakyat telah digadaikan untuk kepentingan transaksional ‘Politik Dagang Sapi’. Alhasil, rakyat kembali diperdaya jadi korban.
Untuk itu hendaknya kita juga bersikap kritis mewaspadai adanya politik transaksional “Politik Dagang Sapi” yang jajakan oleh partai politik atau elit politik partainya, tak terkecuali siapapun capresnya dan apapun partainya di Pilpres 2014.
Mana mungkin ada perubahan, mana mungkin ada perbaikan nasib dan kesejahteraan rakyat kalau Pilpres 2014 sudah digadaikan dalam bentuk ‘Politik Dagang Sapi’. Yang ada tinggal nyanyian derita; yang kaya makin kaya, yang melarat makin sekarat, karena kekayaan negara sudah digadaikan di panggadaian politik ‘Politik Dagang Sapi’.
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”.
0 comments:
Post a Comment