Wednesday, April 30, 2014

Pendiri Nahdlatul Ulama KH Bisri Dinilai Layak Dapat Gelar Pahlawan


Pendiri Nahdlatul Ulama KH Bisri Dinilai Layak Dapat Gelar Pahlawan
surya/sutono

Bedah buku biografi KH Bisri Syansuri dengan nara sumber antara lain KH Solahudin Wahid (Gus Solah/dua dari kanan), di Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang.







Laporan Wartawan Surya Sutono


TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Almarhum KH Bisri Syansuri, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pendiri Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang, dinilai layak memperoleh gelar pahlawan nasional.


Sebab, selain ahli fikih, ulama yang akrab disapa Mbah Bisri ini juga berandil besar terhadap kemerdekaan RI.


Itulah antara lain kesimpulan saat acara bedah buku 'Biografi KH Bisri Syansuri' di Aula Ponpes Mambaul Ma'arif Denanyar, Selasa (29/4/2014) malam.


"Dengan sejumlah jasa beliau kepada negara, saya berpendapat Mbah Bisri pantas mendapatkan gelar pahlawan. Kiai Bisri juga pernah menjadi komandan Hisbulloh dan Sabilillah," kata salah satu pembicara, Hj Aisyah Hamid.


Pandangan itu diamini Ketua PC Ikatan Sarjana NU Jombang Ahmad Atho'illah. Menurutnya, jasa Mbah Bisri terhadap NKRI sangat banyak.


Mulai prakemerdekaan hingga pascakemerdekaan. "Beliau tegas serta punya keyakinan teguh sebagai seorang pecinta fikih," ujar Ato'ilah.


Bedah buku menghadirkan narasumber KH Kholid Mawardi (Jakarta), Hj Aisyah Hamid (Jakarta), Hj Muassomah Iskandar (Denanyar), KH Akhwan (Bojonegoro), KH Aziz Mashuri (Denanyar), serta KH Salahuddin Wahid (Gus Solah, dari PP Tebuireng).


Sejumlah narasumber mengungkapkan pengalamannya terkait kehidupan KH Bisri Syansuri. "Mbah Bisri, kalau sudah punya ide sulit ditawar," ungkap Hj Muassomah Iskandar.


Bibi dari mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menambahkan, aktivitas yang tidak pernah dilewatkan KH Bisri Syansuri adalah menjadi imam dalam setiap menjalankan salat wajib.


KH Kholid Mawardi mengungkapkan, KH Bisri Syansuri adalah kiai yang kuat memegang ajaran fikih. Tak heran, jika keberadaannya di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat pemerintah Orba menyederhanakan keberadaan parpol, mampu menjadi penjaga moral kelompok Nahdliyin di PPP.


"Peran beliau ada pada garda depan untuk menjaga moral kaum nahdliyin di PPP saat orde baru. Beliau kiai yang kuat memegang ajaran fikih," ujar Kholid Mawardi.







0 comments:

Post a Comment