Wednesday, April 30, 2014

Penyebab Ngaconya Indikator Bahan Bakar di Mobil



Penyebab Ngaconya Indikator Bahan Bakar di Mobil


TRIBUNNEWS.COM/FAJAR





TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – James Raymond sempat uring-uringan. Jarum indikator penunjuk bahan bakar pada Toyota Kijang Innova tahun 2006 miliknya, masih menunjukkan huruf F yang berarti penuh. Tapi, baru beberapa meter mengemudi keluar rumahnya, tiba-tiba lampu indikator bensin menyala. Karena panik, mobil pun dibawa ke SPBU terdekat. Dan memang benar, bahan bakar sudah tiris.


Rudi, pemilik Nissan Evalia dari Tangerang justru mengalami masalah sebaliknya. Saat akan berangkat ke kantor, tiba-tiba indikator bensin menujukkan huruf E. Padahal, dia ingat betul sudah mengisi bensin penuh. Tapi, daripada ragu-ragu, mobil pun di bawa ke SPBU. Dan saat diisi, ternyata tangki masih penuh.


“Intinya, ada masalah pada indikator bahan bakar. Hal ini tak hanya berlaku pada indikator jenis analog, bahkan jenis digital pun kadang ditemui masalah,” ujar Ode Mimi Putra, pemilik bengkel Ode Car Garage yang buka gerai di Serpong, Tangerang.


Nah, apa saja penyebab indikator ngawur?


1.Paling sering dijumpai adalah pelampung di dalam tangki. Pada pelampung, terdapat kumparan. Nah, karena usia mobil sudah 5 tahun, kumparan ini mulai lemah. Hasilnya, tentu tidak bisa mengirimkan sinyal yang akurat ke kumparan pada jarum indikator di dasbor.


2. Penyebab lainnya karena karatan. Sehingga, tuasnya tidak bisa mengikuti ketinggian posisi cairan bensin. Disebabkan kualitas bahan bakar atau karena keseringan tangki dari keadaan minim bahan bakar. Karena minim, saat panas terjadi proses penguapan yang menimbulkan air di dalam tangki. Dalam keadaan tangki kosong, maka air yang menempel di tangkai pelampung ini membuat karat. Sehingga pelampung tidak bergerak.


3. Kumparan pada jarum penunjuk yang sudah lemah atau bahkan putus. Semakin lemah, maka akurasinya berkurang. Meski mendapatkan sinyal dari pelampung di tangki, tapi karena kumparan sudah lemah, maka tak mampu menggerakkan jarum sesuai instruksi kumparan yang ada pada pelampung.


4. Terlalu sering parkir dalam kondisi menanjak atau menurun. Padahal, desain carport tak semuanya landai. Beberapa perumahan mendesain lantai carport dengan posisi menanjak. Bila pelampung masih normal, tak masalah. “Tapi bila pelampung lemah, posisi parkir ini bisa menyebabkan indikator kacau karena pelampung tak bisa kembali meskipun mobil sudah tidak miring lagi,” tambah Ode.


5. Kerap mencopot jarum indikator juga bisa menimbulkan masalah. Hal ini bisa ditemui pada mobil yang sudah menggunakan indikator spidometer jenis indiglow. Kadang, saat memasang jarum indikator bensin terlalu keras, atau sebaliknya terlalu pelan sehingga tidak pas. Terlalu keras menyebabkan jarum susah bergerak. Bila terlalu pelan, saat kumparan bergerak, jarum tidak ikut berputar karena tidak tertancap dengan sepurna.


6. Untuk jenis digital seperti diaplikasi pada Toyota Vios atau Nissan Evalia, banyak ditemui indikator error sesat setelah parkir di tanjakan. Itu sudah biasa. “Bukan karena pelampungnya tidak benar, tapi karena sistem digital memang kurang responsif. Biasanya, setelah melaju beberapa meter di jalan, indikator akan kembali normal,” tutup mekanik humoris ini.







0 comments:

Post a Comment