TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korban kekerasan dalam kebebasan beragama masih yakin adanya perubahan dalam Pemilu 2014. Mereka menaruh harapan besar terhadap wakil rakyat dan pemimpin yang dapat mengatasi persoalan kebebasan beragama.
"Harapan ini tentu harus disambut positif, mengingat kondisi politik Indonesia yang tidak berpihak terhadap komunitas korban kebebasan beragama," kata Ketua Setara Institute Hendardi di kantornya, Jakarta, Selasa (1/4/2014).
Hasil survei Setara memperlihatkan sebanyak 77 persen responden mengaku optimis bahwa pemerintahan hasil Pemilu 2014 dapat memperbaiki kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Hendardi mengatakan rasa optimis itu menunjukkan masyarakat termasuk korban kekerasan beragama masih memiliki harapan adanya wakil rakyat dan pemimpin yang mampu mengayomi seluruh lapisan masyarakat.
"Kondisi kebebasan beragama di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir di mata korban masih buruk. Berbagai macam kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan belum mendapat penyelesaian," tutur Hendardi.
Sementara itu, ada 16 persen responden yang menyatakan pesimis bahwa Pemilu 2014 akan memberikan efek positif bagi kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.
Sementara Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan optimisme responden bakal adanya perbaikan dalam kebebasan beragama dikarenakan adanya pencalonan Joko Widodo sebagai capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Bonar menilai sosok Jokowi dianggap mampu mewujudkan kehidupan kebhinekkan di Indonesia.
"Ada dua peristiwa dimana Jokowi dianggap mempunyai kebhinekaan. Yaitu dengan mampu menyelesiakan kasus Lurah Lenteng Agung dan kasus penutupan Gereja Katolik di Tambora, Jakarta Barat," kata Bonar.
Setara menggelar survei bertujuan untuk mengetahui persepsi 100 korban kebebasan beragama tentang pemilu 2014. Laporan survei 100 korban kebebasan beragama diperoleh dengan melakukan tanya-jawab terhadap para respondeng sejak tanggal 5 Maret-30 Maret 2014.
Survei kuantitatif ini menggunakan metode purposif dalam menetapkan sampel survei dimana Setara menetapkan secara cermat 100 korban kebebasan beragama yang memiliki ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu sehingga relevan dengan struktur dan tujuan penelitian.
0 comments:
Post a Comment