TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Perbedaan pandangan dan munculnya persaingan antar kubu dalam Partai Golkar yang terjadi saat ini, sebenarnya adalah hal yang biasa dalam dunia politik dan lumrah bagi masyarakat.
Namun kali ini, menjadi dianggap tidak biasa karena citra yang ditimbulkan lebih cenderung mengarah negatif dan buruk.
Pakar politik Universitas Indonesia (UI), Agung Suprio, menuturkan, citra buruk yang tampil dan mendominasi kuat dalam benak masyarakat ketika melihat pertarungan antar elite di Golkar saat ini, disebabkan adanya aksi kekerasan atau penyerangan yang dilakukan sekelompok orang ke Kantor DPP Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Padahal sebelumnya, perbedaan setajam apapun yang terjadi di internal Golkar, masyarakat secara umum lebih melihatnya sebagai sebuah pertarungan politik elegan dan adu pintar antar elite.
"Tapi saat ini yang muncul justru citra buruk," kata Agung kepada wartawan, Senin (1/12/2014).
Ia menyebutkan citra buruk dalam kisruh internal Golkar ini, bisa berkembang ke dunia politik Indonesia, jika kisruh di Golkar berkepanjangan dan tak kunjung selesai..
"Sebab masyarakat sudah sangat memahami bahwa cara mengatasi perbedaan bukan dengan kekerasan. Inilah yang memunculkan imej negatif dan buruk itu," paparnya.
Bahkan menurutnya imej negatif dan citra buruk menempel pada kubu atau kelompok Yoris Raweyai yang oleh masyarakat luas dianggap pelaku penyerangan.
Golkar sebagai partai politik yang paling berpengalaman di Indonesia, tambah Agung, seharusnya disadari para kader dan elite sehingga harus mempertahankan cara elegan dalam mengatasi perbedaan antar mereka.
"Banyak cara bisa ditempuh sebagai satu parpol matang. Bisa dengan cara-cara dialogis. Sebab yang namanya politik, selalu ada ruang untuk bernegosiasi dan bukan dengan cara-cara kekerasan," katanya.
Karenanya, kekerasan dalam politik saat ini, oleh masyarakat umum sudah dianggap suatu hal tak beradab.
Ia mengatakan dalam tubuh Golkar sebenarnya ada tradisi yang arif dan bijaksana ketika mengatasi perbedaan dan menjalankan demokrasi.
Tradisi itu pula, katanya, yang membuat kesadaran demokrasi di Indonesia makin meningkat.
"Nilai-nilai ini yang harus diperjuangkan Golkar ke depan untuk dimunculkan kembali," katanya.
Sementara itu, Ketua Organizing Committe (OC) Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, Ahmadi Noor Supit, sebelumnya mengaku telah melaporkan Yoris Raweyai ke polisi atas peristiwa penyerangan di kantor DPP Partai Golkar.
Menurut Supit dalam kejadian itu ada seorang perempuan yang menjadi korban dan luka bocor di kepalanya.
"Preman yang menyerang jumlahnya ratusan," kata Supit beberapa waktu lalu.
Ia berharap kepolisian mendalami kasus ini dan menangkap pelaku serta otak dibalik penyerangan ini.(bum)
0 comments:
Post a Comment