TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Sebanyak 514 kios dan lapak di Pasar Andir Bayongbong, Garut, luluh lantak akibat kebakaran yang terjadi Rabu (17/9/2014) petang dan baru bisa dipadamkan pada Kamis (18/9) pagi. Sebagian pedagang merugi karena, selain kiosnya terbakar, barang dagangan yang mereka diselamatkan juga dicuri oleh orang yang mengaku sebagai relawan.
Camat Bayongbong, Dadang Herawan, mengatakan 514 dari total 555 kios dan lapak di pasar itu hangus. Rincian jenis bangunan yang terbakarnya, kata Dadang, adalah 103 unit kios tipe A, 324 kios tipe B, 36 kios tipe C, dan 51 lapak PKL. Hanya 41 kios dan lapak yang dapat diselamatkan.
"Kerugian ditaksir mencapai Rp 25 miliar, berupa barang dagangan dan kios. Penyebab kebakaran masih dalam proses penyelidikan pihak berwenang. Menurut dugaan sementara, kebakaran terjadi akibat hubungan arus pendek listrik," kata Dadang kemarin.
Walaupun bisa dipadamkan pukul 01.30, api kembali menyala pukul 09.00, yang diduga akibat beberapa barang mudah terbakar yang kembali terbakar, seperti minyak kelapa. Namun, warga dan tim pemadam berhasil memadamkannya.
Dadang mengatakan masih mendata pedagang dan kios yang terbakar di pasar tersebut. Aktivitas ekonomi di salah satu pasar terbesar di Garut ini terhenti. Para pedagang memilih menutup tokonya, sedangkan korban kebakaran masih berusaha mengais sisa-sisa barang dari kiosnya yang sudah terbakar.
Rencananya, pasar akan direlokasi ke Terminal Andir Bayongbong. Adapun bangunan yang terbakar akan diperbaiki seperti semula. Namun, informasi ini belum diketahui para korban kebakaran, di antaranya Rohmah (44).
"Semua barang dan kios saya hangus terbakar. Sejak 1996, pasar ini sudah tiga kali kebakaran, dan ini yang terbesar dengan dampak paling parah. Kalau masih belum ada kepastian mengenai relokasi dan bantuan, saya akan perbaiki kios saya sendiri," katanya.
Kisah pilu dialami pedagang pakaian di pasar tersebut, Winda (28). Dia mengatakan berhasil menyelamatkan sebagian barang dagangannya sebelum kiosnya terbakar. Dia kemudian menaruh barang dagangannya di pinggir jalan.
"Terus ada yang mengaku relawan. Dia kemudian membawa barang-barang saya, katanya ke tempat yang lebih aman. Saya langsung menyelamatkan barang lainnya. Tahunya, sampai sekarang, saya tidak tahu di mana barang-barang saya. Pakaian senilai Rp 25 juta yang saya selamatkan hilang dijarah," kata Winda sambil terisak.
Winda sangat menyesalkan kejadian yang menimpanya itu. Pemerintah atau aparat keamanan, katanya, tidak mampu menjaga keamanan para pedagang yang tengah tertimpa musibah. Dia pun belum mengetahui rencana relokasi atau bantuan dari pemerintah.
Sebelumnya diberitakan, Pasar Andir di Kecamatan Bayongbong terbakar, Rabu (17/9). Warga dan para pemilik kios di salah satu pasar terbesar di Kabupaten Garut tersebut panik dan berusaha menyelamatkan barang dagangannya semalaman.
Seorang pedagang di pasar tersebut, Hurrohim (46), mendengar kabar mengenai kebakaran sekitar pukul 18.30. Dia dan para pemilik kios yang baru menutup kiosnya sebelum Magrib pun kembali mendatangi pasar dan mengevakuasi seluruh barang dagangannya.
"Kami bingung kenapa penanganan kebakaran sangat lambat. Awalnya masih kecil di satu toko kelontong, kemudian merambat, membesar, sekarang puluhan jongko hangus," kata pemilik toko kelontong tersebut, Rabu malam.
Hal serupa dikatakan Yusi (30), pedagang yang kiosnya terbakar. Dia mengatakan api sudah membesar saat azan Isya berkumandang. Dia pun hanya bisa menyelamatkan sedikit barang dagangannya. "Entah bagaimana kabar kebakaran ini sangat terlambat sampainya," kata Yusi, yang sibuk mengamankan sisa barang dagangannya yang dapat diselamatkan.
Dengan tiga kendaraan pemadam kebakaran dari UPTD Pemadam Kebakaran Garut dan 1 unit Pemadam Kebakaran Kabupaten Bandung, api dapat dipadamkan pukul 01.30. Polres Garut masih menyelidiki penyebab kebakaran tersebut.
Kebakaran juga terjadi di Kota Cirebon, kemarin. Tujuh unit ruko di Jalan Ciremai Raya, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, hangus terbakar. Tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya, tapi menurut dugaan awal dari hubungan arus pendek listrik.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kebakaran pertama kali diketahui sekitar pukul 07.45. Ketika itu tampak api dengan asap yang mengepul dari sebuah ruko penyedia alat-alat elektronik. Dalam sekejap, api langsung membesar dan menjalar ke ruko lain hingga menghanguskan tujuh unit sekaligus.
Warga yang mengetahui kebakaran bahu-membahu menjinakkan api dengan alat seadanya. Namun kemudian tim pemadam kebakaran (damkar) tiba di lokasi, dan api bisa padam sekitar pukul 10.00.
Kepala Polsekta Cirebon Selatan Timur, Kompol Sutisna, mengatakan, saat kejadian, ruko dalam keadaan tak ditinggali orang. Karena itu, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. "Namun material banyak yang terbakar, dan kerugian ditaksir mencapai Rp 1,7 miliar," ujarnya.
Menurut dia, polisi belum bisa memastikan apa penyebab kebakaran ruko tersebut. Namun diduga api berasal dari hubungan arus pendek listrik di ruko penyedia alat-alat elektronik. "Sumber api diduga dari ruko ketiga itu (penyedia alat-alat elektronik). Kemudian merembet ke ruko lain akibat tiupan angin yang kencang," kata Sutisna. (ddh/roh)
0 comments:
Post a Comment