Keputusan Pemerintah Negara Bagian Australia Barat menutup kantor perwakilan dagangnya di Jakarta, mengejutkan kalangan pengusaha dan bisnis di negara bagian beribukota Perth tersebut.
Menurut Ketua Indonesia Institute yang berbasis di Perth, Ross Taylor, ia sama sekali tidak tahu menahu tentang keputusan itu. Ia mengaku baru mengetahuinya setelah dikonfirmasi oleh ABC.
Menurut Ross Taylor, pemerintah seharusnya melakukan konsultasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan penting seperti itu.
"Kami kaget karena baik lembaga kami, atau sepanjang yang saya tahu Dewan Bisnis Australia Indonesia, sama sekali tidak tahu mengenai hal ini," katanya.
"Dari pandangan masyarakat bisnis, keputusan ini mengecewakan karena tidak ada konsultasi sama sekali paling tidak untuk memastikan kita tidak membuang peluang besar untuk mengembangkan bisnis dan perdagangan," jelas Taylor.
Taylor menjelaskan, Indonesia merupakan konsumen terbesar bagi perdagangan sapi dan gandum bagi Australia Barat. Selain itu, katanya, peluang bisnis pendidikan, kesehatan dan keuangan juga semakin terbuka dengan Jakarta.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Australia Barat mengatakan meskipun kantor perwakilan tersebut ditutup, namun akan tetap ada staf perwakilan yang bertugas di Jakarta.
Menurut informasi yang diperoleh ABC, kemungkinan staf tersebut berasal dari kantor Austrade.
Menurut Kate Doust, juru bicara Partai Buruh urusan Perdagangan, urusan bisnis dengan Jakarta sebaiknya dilakukan dengan pendekatan langsung secara tatap muka.
"Ini bukan urusan yang bisa diselesaikan lewat telepon atau online saja," katanya.
0 comments:
Post a Comment