Sunday, September 28, 2014

Asosiasi Pedagang Rumput Laut Berencana Beli Kapal Rp 3 Miliar


Asosiasi Pedagang Rumput Laut Berencana Beli Kapal Rp 3 Miliar
Rumput laut







Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru


TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan berencana membeli kapal senilai Rp 3 miliar. Kapal besi dengan kapasitas angkut mencapai 350 ton dan mampu berlayar tiga kali dalam sebulan, diharapkan bisa mengatasi kesulitan transportasi yang terjadi belakangan ini.


Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan, Kamaruddin mengatakan, kapal yang akan dibeli ini merupakan kapal tangkapan yang telah dilelang dan dibeli seorang pengusaha di Tarakan. Belakangan pengusaha tersebut berencana menjual kapalnya itu.


Untuk membeli kapal dengan modal yang sangat besar pihak asosiasi berusaha menggandeng perbankan, untuk menyediakan kredit.


"Alhamdulillah BRI sangat merespon dan sepertinya disetujui," ujarnya.


Jika pembelian kapal terealisasi, ditargetkan pada Oktober atau paling lambat awal November, kapal tersebut sudah bisa beroperasi.


Kamaruddin mengatakan, transportasi menjadi persoalan tersendiri bagi para pedagang untuk mengirimkan rumput laut ke pabrik di Makassar, Sulawesi Selatan. Selama ini mereka hanya menggantungkan angkutan dari kapal penumpang milik PT Pelayaran Nasional Indonesia dan kapal milik perusahaan swasta. Dengan biaya angkut Rp 55.000 perkilogram, kapasitas muatan juga dibatasi terutama saat membeludaknya jumlah penumpang.


Dia menceritakan besarnya kerugian yang ditanggung para pedagang akibat terbatasnya angkutan, sebelum dan sesudah Idul Fitri tahun ini. Setiap pedagang rata-rata bisa mengirimkan antara 300 hingga 500 karung rumput laut dalam sepekan. Namun saat itu setiap pedagang hanya mendapatkan kuota maksimal 75 karung. Saat itu hanya satu kapal milik PT Pelni yang mau mengangkut rumput laut para pedagang.


Pada saat jumlah penumpang normal, kapal-kapal ini bisa menampung hingga 3.000 karung pada setiap pekannya. Jumlah ini pun dinilai masih kurang karena rumput laut yang hendak dikirimkan pedagang bisa mencapai 5.000 karung dalam sepekan.


"Waktu-waktu begini kapal cuma bisa mengangkut 1.000 karung," ujarnya.


Akibat terjadinya penumpukan rumput laut, harga juga ikut menyusut sehingga pedagang menderita kerugian yang besar.


"Kami membeli di petani Rp 14.000, kita jual Rp 13.000 sampai Rp 13.500. Kita rugi perkilogram sampai Rp 500. Rata-rata setiap pedagang itu mengirimkan 25 ton, 35 ton bahkan 50 ton satu pedagang. Rata-rata 25 ton sebelum Lebaran. Hitung memang berapa kerugiannya?" ujarnya.


Persoalan menjadi semakin runyam karena ditengah terbatasnya angkutan, produksi rumput laut di Nunukan juga meningkat hingga 30 persen. Dalam sepekan produksi rumput laut mencapai 450 ton.


Sambil menunggu realisasi pembelian kapal besi, para pedagang terpaksa harus menyewa sebuah kapal kayu untuk mengangkut rumput laut dari Nunukan. Kapal yang didatangkan dari Berau itu mulai melayani pengangkutan perdana pada pekan lalu. Dengan kemampuan angkut hingga 250 ton, pada pelayaran perdana kapal hanya mengangkut 2.071 karung atau dengan berat sekitar 180 ton. Hal ini mempertimbangkan risiko alam seperti gelombang laut.


Dibandingkan dengan kapal penumpang, biaya angkut menggunakan kapal kayu ini lebih murah. Setiap kilogram rumput laut hanya dikenakan Rp 43.000. Sementara jika menggunakan angkutan penumpang, setiap kilogramnya dikenakan Rp 55.000. Hanya saja, penggunaan kapal penumpang dirasa lebih aman karena hampir tidak ada risiko seperti tenggelam.


Pihaknya tidak ingin hanya menggantungkan angkutan pada kapal penumpang. Mengingat harga rumput laut sangat fluktuatif yang bisa berubah dalam hitungan hari.


"Pedagang punya modal cuma sampai seminggu. Apabila lebih seminggu kami tidak mengirim, maka rumput laut di Nunukan menumpuk. Dan ketika terjadi penumpukan maka akan mempengaruhi harga. Sekarang ini sekilogram Rp 12.500 sampai Rp 12.700. Tiga bulan lalu mencapai Rp 18.000,” ujarnya.


Dia mengatakan, rumput laut saat ini menjadi harapan yang menghidupkan para petani di Nunukan. Produksi rumput laut itu dibeli 20 pedagang yang tergabung dalam asosiasi, untuk dijual ke Sulawesi Selatan. Setiap pedagang bisa menampung produksi rumput laut sekitar 50 hingga 70 petani. Sehingga jika tidak terkirim, tentu aktivitas petani juga terhenti.


Soal sulitnya transportasi pengiriman rumput laut ini, pihaknya pernah mengeluhkan masalah ini kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan. Namun akhirnya Pemerintah Kabupaten Nunukan hanya mengarahkan para pedagang rumput laut untuk mendatangkan sendiri kapal.


"Jadi kita mendatangkan apakah kapal ini dikontrak ataukah dibeli? Karena tidak ada juga solusi dari Pemerintah," ujarnya.







0 comments:

Post a Comment