TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Beberapa aktivis hak asasi perempuan mendirikan komunitas bernama "Sekolah Perempuan Desa" kepada para ibu rumah tangga untuk mengajarkan pendidikan ilmu politik secara gratis.
"Kami mengabdikan diri untuk mengajarkan seluk beluk ilmu politik kepada ibu rumah tangga di desa-desa, agar mereka peduli terhadap negara," kata pendiri "Sekolah Perempuan Desa", Salma Safitri ketika menghadiri acara diskusi politik di Universitas Indonesia, Depok,Jawa Barat, Rabu sore.
Para aktivis ini menamakan dengan sebutan sekolah, agar para ibu rumah tangga di desa merasakan mendapat pendidikan secara serius, walaupun sebenarnya hanya berbagi ilmu melalui perkumpulan.
"Sekolah Perempuan Desa" awalnya berdiri di Kota Batu, Jawa Timur, kemudian bekerja sama dengan aktivis kota lain untuk mengembangkan di daerah selain dalam Provinsi Jawa Timur.
"Awalnya saya dirikan di daerah Batu,karena di sana banyak ibu rumah tangga yang menganggur dan sering dimanfaatkan politisi sebagai penambah suara ketika Pilkada atau Pemilu.
Salma mengatakan sebagai aktivis hak asasi wanita, sudah seharusnya perempuan mendapat kedudukan yang sama dalam dunia politik.
"Hingga saat ini masih banyak yang meremehkan kemampuan wanita dalam dunia politik, apalagi yang berasal dari daerah," keluhnya.
Melalui pendidikan politik ini, ia berharap agar masyarakat pedesaan khususnya para ibu rumah tangga tidak acuh terhadap keadaan pemerintah Indonesia.
"Dulu bahkan saya sering mengundang para calon DPRD bahkan tim sukses wali kota untuk berbagi ilmu bersama di 'Sekolah Perempuan Desa'," tuturnya.
Untuk menyiasati kurikulum sendiri,Salma juga mengajarkan ilmu-ilmu tata boga, dan bekerjasama dengan ibu PKK dalam mengisi kegiatan agar tidak membosankan, karena politik tidak bisa langsung diterima begitu saja oleh orang yang minim pendidikan formal.
0 comments:
Post a Comment