Sejumlah negara kawasan Teluk dituduh mendanai kelompok ekstrem Daulah Islamiyah (DI) atau ISIS di Irak dan Suriah.
Tetapi seperti dijelaskan Michael Stephens, direktur Dewan Layanan Kesatuan Kerajaan di Qatar, tidak ada yang hitam putih jika berkaitan dengan perang.
Banyak tulisan telah dibuat tentang dukungan yang didapat DI dari pendonor dan pendukungnya, terutama dari negara kaya kawasan Teluk.
Sebagian besar tuduhan yang dilontarkan musuh DI di Irak dan Suriah bahwa Qatar, Turki dan Arab Saudi yang bertanggung jawah atas keberadaan kelompok ini.
Tetapi yang sebenarnya terjadi lebih rumit dan diperlukan pengkajian lebih lanjut, kata Michael Stephens.
Kebijakan yang salah
Qatar sebenarnya tidak secara langsung mendanai DI.
Gabungan dari kebijakan yang tidak jelas dan kenaifan membuat senjata dan dana Qatar jatuh ke tangan DI.
Arab Saudi juga tidak memiliki kebijakan pemerintah secara langsung mendanai kelompok ini.
Sama seperti Qatar, keinginan menjatuhkan presiden Suriah, Bashar al Assad, menyebabkan terjadinya kesalahan besar pemilihan sekutu.
Kedua negara ini harus mengkaji diri, meskipun proses seperti ini kemungkinan tidak akan diumumkan ke masyarakat.
Agama dan dukungan
Tetapi ada masalah yang lebih dalam, yaitu ikatan keagamaan dan simpati kepada sebuah kelompok yang secara terbuka menentang Iran Syiah dan dukungan banyak orang di Teluk.
Tindakan mengerikan yang dilakukan DI sulit dipahami orang yang ingin mendukungnya, tetapi tujuan pendirian negara Islam sudah pasti menarik perhatian beberapa kelompok pemikiran Islam.
Banyak pihak yang mendukung tujuan ini telah berada di Suriah, berperang dan tewas demi DI dan kelompok lain.
Yang lainnya menyatakan dukungannya dengan lebih pasif dan mereka akan terus melakukan hal ini.
Kinerja bagus
DI, kelompok yang berkinerja lebih baik dibandingkan pihak-pihak lain di peperangan.
Mereka berkampanye media dalam berbagai bahasa dan berhasil menarik perhatian dan dukungan remaja pria dan wanita.
Dalam setiap aksi, mulai dari perang, organisasi, hierarki dan pesan media, DI jauh lebih maju dibandingkan kelompok oposisi lain yang beroperasi di kawasan.
DI telah menciptakan struktur mirip negara, lewat kementerian, pengadilan dan sistem pajak sederhana, yang meminta masyakarat membayar pajak dalam nilai yang jauh lebih rendah dibandingkan pemerintahan Assad.
Kelompok yang dikenal juga dengan nama ISIS ini memperlihatkan pola yang konsisten sejak pertama kali mencaplok wilayah musuhnya di permulaan tahun 2013.
Mereka segera menguasai sumber air, tepung dan hidrokarbon, memusatkan penyebarannya sehingga penduduk tergantung kepada DI agar dapat bertahan hidup.
Daulah Islamiyah mengekspor sekitar 9.000 barel minyak per hari dengan harga sekitar US$25-US$45.
Apa bisa dikalahkan?
Pertanyaan lebih besar adalah apakah kekuatan kawasan seperti ini bisa dikalahkan.
Kemenangan tidak akan tercapai tanpa campur tangan militer Barat.
Kelompok Sunni di Irak memang mendukung kelompok ini, tetapi mereka tidak memiliki persenjataan dan pendanaan yang diperlukan untuk menjatuhkan DI.
Militer Irak dan rekannya di Suriah juga tidak memiliki kemampuan ini.
0 comments:
Post a Comment