Monday, May 5, 2014

Kota Cairns Gerbang Ekspor Australia ke Asia






Sebuah pertemuan diadakan di Cairns, Queensland, minggu ini untuk membahas usaha kota tersebut untuk menjadi gerbang Australia ke Asia. Yang dilibatkan termasuk petani, pembeli, pakar transportasi dan logistik, serta pejabat perbankan dan perdagangan.


Pertemuan tersebut bernama Tropical Queensland Export Exchange, dan diadakan oleh Cairns Airports. Cairns Airports memiliki bandara Cairns, yang melayani lebih dari tiga juta penumpang transit setiap tahunnya.


Menurut Cairns Airports, pertemuan ini merupakan gambaran dari komitmennya memberi akses lebih ke pasar-pasar penting di Asia.


Stephen Prasser, manajer pengambangan bisnis perusahaan ini, berkata bahwa pertemuan ini diadakan karena adanya hubungan antara turisme dan industri-industrim primer di kawasan itu, di tengah pasar penerbangan yang makin kompetitif.


"Anda harus menawarkan hal-hal lain bagi maskapai, agar lebih banyak yang datang," ucapnya. "Jadi kita melihat industri-industri di kawasan ini. Dan tampaknya pilihan ekspor mereka terbatas karena terbatasnya akses ke pasar Asia."


Forum tersebut menampilkan produk bahan pangan dari laut, daging, produk susu, perikanan dan hortikultura. Selain itu, fokusnya adalah membahas kesempatan dan tantangan dalam berbisnis dengan Asia, serta perihal transportasi dan logistik dalam mendapatkan akses ke pasar.


Penjual makanan laut independen Cairns, Independent Seafood Producers (ISP), baru-baru ini mempekerjakan seorang sales representative berbahasa Mandarin agar bisa lebih baik membangun hubungan dagang di China.


"Secara keseluruhan, sebagai pengekspor, kita juga berperan dalam mendukung turisme," jelas general manager Shawn McAtamney,


"Saat orang ke supermarket atau restoran di negara mereka dan memakan pangan laut Australia, mereka jadi mengenang perjalanan ke Australia, atau, melalui [makanan itu] dan hal lain misalnya dari televisi, mereka jadi tertarik mengunjungi Cairns atau tempat lain di Queensland," tambahnya.


Sekitar 50 peternak sapi perah di bagian ujung utara Queensland mengalami rasionalisasi sebagai dampak deregulasi industri mereka sepuluh tahun lalu. Hingga, mereka berharap bisa memperbaiki kondisi melalui berjualan ke pasar kelas tinggi di Asia.


Keluarga Frank Gallo, contohnya, sudah menjalani usaha sapi perah sejak tahun 1937. Ia ingin mengekspor keju kelas tingginya ke Jepang, Malaysia dan Papua Nugini. Namun, Ia mengakui memang ada tantangan tersendiri.


"Biaya tambahan untuk menjalani ekspor, mendapatkan akreditasi tempat itu, cukup mahal. Kemudian, anda harus memperhitungkan seberapa banyak produk yang akan anda jual untuk mengimbangi biaya tersebut," jelasnya, "Tapi saya rasa memang harus ke situ arahnya, baik untuk keju atau susu. Karena saat ini, dengan harga susu di Tableland [daerah di sebelah barat Cairns], tidak baik untuk kelanjutan bisnis."


Menurut direktur koperasi Dairy Farmers Milk, James Geraghty, pilihan untuk mengekspor tetap menggoda namun tak terjangkau, meskipun telah diusahakan untuk mengejar pasar khusus di luar negeri selama 5-6 tahun.







0 comments:

Post a Comment