Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, menyebutkan pembunuhan seorang perempuan oleh keluarganya sendiri di Lahore 'sama sekali tidak bisa diterima'.
Farzana Parveen -yang sedang mengandung tiga bulan- tewas karena dilempari dengan batu bata dan dipukuli dengan tongkat di luar gedung pengadilan karena menikah tanpa restu keluarga.
Suaminya mengatakan kepada BBC bahwa polisi tidak mencegah pembunuhan tersebut dan hanya menonton saja.
Kepala Kepolisian Lahore, Shafique Ahmad, sudah membantah tuduhan itu dengan mengatakan Parveen sudah meninggal ketika polisi tiba di tempat kejadian.
Kini perdana menteri memerintahkan Menteri Besar Provinsi Punjab untuk 'segera mengambil tindakan' dan memberikan laporan Kamis 29 Mei malam.
Pernyataan dari kantor perdana menteri juga menyebutnya sebagai 'pembunuhan brutal yang sama sekali tidak bisa diterima'.
Farzana bersama suaminya datang ke pengadilan untuk memberikan kesaksian di sidang bahwa dia menikah suaminya sesuai dengan keingingan sendiri namun keduanya diserang keluarga Farzana.
Suaminya, Muhammad Iqbal, berhasil melarikan diri dari serangan tersebut.
Perkawinan yang tidak mendapat restu keluarga secara budaya masih belum bisa diterima di beberapa wilayah Pakistan.
Komisi hak asasi manusia Pakistan mengatakan tahun lalu ada 869 orang perempuan yang menjadi korban pembunuhan karena dianggap 'menodai kehormatan' keluarga meski jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih besar.
0 comments:
Post a Comment