Sunday, August 31, 2014

Kisah Keluarga Mbah Sari Tinggal Serumah dengan Kambing


Kisah Keluarga Mbah Sari Tinggal Serumah dengan Kambing
Surya/sudarmawan

Keluarga Mbah Sari (65) dan cucunya, Alif Nurprapto (10) yang tinggal digubuk reot berukuran 1,5 x 2 meter bercampur kambing, dapur, dan kamar tidurnya di Dusun Gagan, Desa Kenongorejo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi tak pernah tersentuh bantuan Pemkab Ngawi sama sekali, Minggu (31/8/2014).







TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Kemiskinan masih menderah sejumlah warga Kabupaten Ngawi. Salah satu contohnya adalah keluarga Mbah Sari (65) yang tinggal berduaan bersama cucunya, Alif Nurprapto (10). Keduanya kini tinggal di gubuk reot berukuran 1,5 x 2 meter di Dusun Gagan, Desa Kenongorejo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, provinsi Jawa Timur.


Keluarga miskin yang tidak pernah tersentuh bantuan Pemkab Ngawi.


Di gubuk yang sangat tidak layak huni ini, perempuan tua ini belum pernah tersentuh bantuan Pemkab Ngawi termasuk rehab dalam program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).


Padahal, sejak ditinggal suami dan anaknya, perempuan ini masih harus membesarkan seorang cucunya itu dengan tinggal di gubuk berukuran sangat kecil.


Bahkan, saat malam mereka tinggal bersama dengan kambing peliharaannya, sekaligus tempat tidur dari bambu yang rapuh serta bagian atap gubuk itu juga sudah banyak yang ambrol.


Nyaris dipastikan jika hujan mereka berdua tak bisa tidur karena gubuk rumahnya bocor.


Mbah Sari mengaku hidup di rumah tidak layak huni itu bukan pilihannya. Akan tetapi karena keterpaksaan lantaran tidak ada pilihan lain selain tinggal di gubuk tidak layak huni itu.


Nenek yang sudah tua renta ini mengaku ditinggal pergi suami dan anaknya sejak 10 tahun terakhir.


Kendati demikian perempuan ini tidak pernah tahu kemana perginya suami dan anaknya itu. Padahal, dia masih harus menanggung kebutuhan dan beban hidup membesarkan cucunya yang sekarang masih duduk dibangku kelas II SD itu.


"Sudah lama sekali perginya suami dan anak saya. Kulo mboten ngerti lungo ten pundi (saya tidak tahu pergi kemana). Sampai sak niki mboten wangsul (sampai sekarang tidak pulang)," terangnya kepada Surya, Minggu (31/8/2014).


Selain itu, Mbah Sari menjelaskan dirinya sama sekali tidak pernah tersentuh atau mendapatkan bantuan dari Pemkab Ngawi. Terkecuali menerima jatah Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin).


Kendati demikian, Raskin seharag Rp 1.600 per kilogram yang sebulan hanya 15 kilogram itu, setiap mendapatkan penerimaan bantuan dari Pemerintah Desa setempat itu, sebelum dimasak selalu dicampur dengan gaplek ( ketela).


"Ya biar jadinya semakin banyak dan jatah beras itu cukup sampai sebulan," imbuhnya.


Selama ini, Mbah Sari merupakan tulang punggung keluarga kecilnya itu. Perempuan ini hanya berprofesi sebagai buruh tani dan bekerja serabutan.


Dalam sehari rata-rata hanya mendapat upah Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Oleh karenanya, dirinya memelihara 2 ekor kambing untuk persiapan kebutuhan cucunya itu.


"Saya kerja seadanya. Kalau musim panen jadi buruh tani. Kalau hari-hari biasanya kerja seadanya sekalian mencari pakan ternak kambing miliknya. Kalau dipikir memang tak cukup, tetapi hanya ini adanya," ungkapnya.


Kini, keluarga miskin ini sangat berharap Pemerintahan Desa Kenongorejo dan Pemkab Ngawi melalui sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait agar memperhatikan nasib keluarga sangat miskin ini dengan memberikan bantuan yang dibutuhkan dan paling utama (penting) bagi keluarga kecil ini.


"Jika ada program bantuan bagi warga miskin seperti kami ini, kami sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah itu agar beban kami bisa sedikit ringan.


Minimal bisa untuk tambahan biaya sekolah cucu saya yang saat ini sudah kelas II SD," pintahnya.







0 comments:

Post a Comment