TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG – Tidak semua pecinta buah durian bisa membelah sendiri buah itu sebelum menikmati buahnya. Kulitnya yang keras dan berduri membuat buah ini sulit dibuka karena jika tidak hati-hati bisa melukai tangan.
Keluhan-keluhan tersebut lantas membuat seorang remaja bernama Muhammad Wildan Muzana (15) memiliki ide menciptakan alat untuk membelah buah durian.
Wildan, siswa SMP Negeri 1 Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, semula hanya ingin membantu orang-orang di sekitarnya yang kerap kesulitan membuka buah tersebut. Ketika musim durian tahun 2012, dia dibantu teman-temannya, Aven Ongki Prananta (14) dan Tri Dewi Warni (14), mulai menyusun konsep alat tersebut.
“Banyak saudara, tetangga, teman-teman yang tidak bisa membuka durian sendiri. Lalu saya berpikir, kok belum ada ya alat khusus untuk membuka durian? Dari situlah ide saya muncul untuk menciptakan alat khusus membuka durian,” ungkap Wildan di sekolahnya, Rabu (27/8/2014).
Wildan lantas mulai menggambar konsep alat itu bersama kedua temannya. Setiap hari, sepulang sekolah, mereka tidak bermain seperti teman-teman lainnya. Mereka justru asyik berdiskusi, menggambar, mencari referensi di perpustakaan sekolah hingga internet demi bisa menciptakan alat inovatif itu.
“Semua kami lakukan di rumah saya. Gambarnya pakai kertas dan pensil saja, lalu kami konsultasi dengan ayah saya yang kebetulan juga guru IPA,” ujar Wildan yang tinggal di Dusun Sawangan, Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang itu.
Ada beberapa gambar atau desain yang berhasil mereka ciptakan. Semuanya kemudian dikonsultasikan kepada guru pembimbing dan hanya satu gambar yang disetujui. Kendati demikian konsep mereka tidak bisa segera direalisasikan karena keterbatasan biaya dan ketersediaan buah durian itu sendiri untuk eksperimen.
“Sedikit demi sedikit kami menabung dengan menyisakan uang jajan. Dari uang itu kami mulai membeli bahan-bahannya, dari plat besi, baut, besi ulir dan lainnya. Setelah semua terkumpul lalu kami bawa ke tukang las dekat sekolah,” tutur Wildan.
Dua hari kemudian, kerangka alat tersebut jadi. Lantas mereka mulai berekperimen membuka berbagai jenis dan ukuran buah durian bahkan juga mencoba membuka buah kelapa. Ketika uji coba itu, kata Wildan, tidak semudah membalikkan tangan. Karena ternyata juga membutuhkan hitungan matematis yang tepat dan presisi.
Wildan menjelaskan, secara prinsip cara kerja alat yang diberi nama Alat Pengupas Durian Hidrolis itu cukup sederhana. Hampir mirip dengan alat menambal ban sepeda motor atau mobil. Pada alat itu ada bagian yang berfungsi meletakkan sekaligus mengangkat buah durian ke atas. Ada juga bagian yang mirip anak panah runcing.
Untuk mengangkat durian, lanjut siswa kelas IX D itu, memang sementara pakai dongkrak mobil yang kecil. Pelan-pelan buah diangkat hingga mencapai ujung alat yang mirip anak panah ini hingga terjepit. Lantas diputar pelan-pelan sambil ditekan sampai buah durian terbuka dengan sendirinya.
“Total biaya sekitar Rp 800.000 sampai alat ini betul-betul bisa berfungsi. Kami masih ingin sederhanankan lagi dan kami percantik desainnya. Tapi sementara ini setidaknya dengan alat ini bisa membantu membuka durian tanpa terluka. Durian juga lebih bersih dan tidak rusak,” tandas Wildan yang bercita-cita melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman Purwokerto itu.
Sementara itu, Wakil Kepala Bagian Humas SMP Negeri 1 Sawangan, Gunawan Sulistyono bangga dengan kreativitas anak-anak didiknya. Menurut dia, sekolah kerap memperlengkapi anak didiknya dengan berbagai kegiatan ekstrakulikuler, seperti Karya Ilmiah Remaja (KIR), seni, dan olahraga, untuk mendorong anak didik berkreativitas sesuai bakat dan kemampuannya.
“Bulan Oktober 2014 nanti, alat ini akan diikutkan pada Lomba Penelitian Karya Ilmiah remaja (LP KIR) tingkat nasional di Jakarta. Mudah-mudahan bisa masuk final. Selain itu, belum lama ini ada pedagang durian di Kecamatan Salaman yang sudah memesan alat ini,” kata Gunawan.
0 comments:
Post a Comment