Kalangan akademisi dan organisasi kemasyarakatan menyatakan khawatir atas meningkatnya "gelombang rasisme" di Australia dipicu oleh ketegangan yang terjadi di Timur Tengah.
Profesor Andrew Jakubowicz, sosiolog dari University of Technology di Sydney mengatakan, meningkatnya rasisme mulai terlihat belakangan ini.
Menurut Prof. Jakubowicz, salah satu masalahnya adalah justru pernyataan dari Jaksa Agung Australia George Brandis, yang menegaskan setiap orang berhak untuk fanatik dalam pandangannya terhadap orang lain.
"Dan hak menjadi fanatik seperti itu, dan mengatakan apa yang anda ingin katakan tentang orang lain, inilah yang saya maksud dengan adanya gejala rasisme yang meningkat," jelas Prof. Jakubowicz.
Ketua Dewan Eksekutif Yahudi Australia Robert Goot mengemukakan, hubungan sosial di Australia menghadapi ancaman.
"Keharmonisan, yang menjadi anugrah selama beberapa dekade di Australia sekarang menghadapi ancaman," kata Goot. "Paling tidak, itu yang dialami komunitas Yahudi, dan saya kira, itu juga yang dialami komunitas Muslim."
Ia memperkirakan serangan rasis akan terjadi terhadap umat Muslim di Australia terkait dengan ketegangan di Timur Tengah.
Menurut Goot, media sosial sangat berperan menyebarluaskan sentimen rasisme.
Sementara Ketua Asosiasi Muslim Lebanon Samier Dandan mengatakan kepemimpinan politik sangat dibutuhkan.
"Kita melihat pemerintah lebih suka reaktif daripada proaktif dalam menyelesaikan akar permasalahan mengapa anak-anak muda terdorong menjadi fundamentalis atau para akademisi yang terdorong menjadi radikal di semua golongan dan agama," katanya.
Pengurus Federasi Dewan Komunitas Etnis Australia Eugenia Grammatikakis menyatakan semakin perlunya pendidikan mengenai hubungan rasial.
"Multikulturalisme telah terbukti membuahkan hasil yang baik bagi Australia. Namun yang perlu dilakukan sekarang adalah memastikan tersedianya sarana dan inisiatif pendukung," katanya.
0 comments:
Post a Comment