Presiden Barack Obama memerintahkan penerbangan pengintaian di atas udara Suriah, untuk memperoleh data inteljen tentang aktivitas Daulah Islamiyah alias ISIS.
Pengamat meamalkan, ini bisa merupakan langkah pertama AS untuk melancarkan serangan udara ke Suriah, sebagaimana sudah dilakukan terhadap sejumlah kawasan di Irak yang dikuasai kaum pejihad Daulah Islamiyah (DI).
Hari Senin (26/08) lalu, pemerintah Suriah menyatakan siap bekerjasama dengan masyarakat internasional untuk memerangi DI.
Tapi pemerintah negara-negara barat sejauh ini menolak kemungkinan untuk bekerjasama dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menumpas ancaman kawsan oleh bangkitnya DI atau ISIS.
Sejak awal konflik, tiga setengah tahun lalu yang menewaskan lebih dari 190 ribu orang, Barat berulangkali menyerukan agar al Assad turun.
'Menyiapkan opsi'
Senin malam, pejabat AS mengatakan Obama menyetujui penerbangan pengintaian akhir pekan lalu oleh baik pesawat berawak maupun pesawat tak berawak, termasuk drone dan kemungkinan pesawat mata-mata U2.
Seorang pejabat mengatakan, bahwa langkah itu sudah mulai dilakukan.
Militer AS melancarkan pengintaian udara terhadap DI di Irak selama bermulan-bulan, untuk akhirnya melancarkan serangan udara sejak Juni lalu, menyusul keberhasilan para militan DI dan pemberontak Suni merebut sejumlah kota dan fasilitas penting.
Obama selama ini manahan diri untuk tak melancarkan serangan ke Suriah, namun disebutkan bahwa pejabat Pentagon meyakinkannya bahwa satu-satunya cara untuk memberantas ancaman DI hanyalah dengan memburunya di Suriah.
Juru bicara Jenderal Martin Dempsey, Kepala Staf Gabungan Militer AS, menyatakan bahwa Pentagon "menyiapkan berbagai opsi dalam menghadapi permasalahan di Suriah dan Irak, dengan beragam langkah militer termasuk serangan udara."
Opsi-opsi itu dilaporkan termasuk menyasar para pemimpin DI dan dan sekitar kubu mereka di Raqqa, utara Suriah, serta di sekitar perbatasan Suriah-Irak.
Siap kerjasama
Seorang pejabat di lingkungan Gedung Putih mengatakan kepada New York Times bahwa pemerintah AS tak berniat untuk bekerjasama dengan pemerintah Assad, tidak juga berniat untuk memberitahunya terlebih dulu jika melancarkan suatu operasi.
"Ini bukan seperti 'musuhnya musuh adalah kawan,' kata Benjamin Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional AS. "Bekerja sama dengan Assad akan mengucilkan penduduk Suni di Suriah dan Irak, padahal mereka sangat penting untuk menangkal DI."
Senin lalu, Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem "siap bekerja sama dan berkoordinasi di tingkat kawasan dan tingkat internasional untuk memerangi terorisme."
Tetapi ia memperingatkan Gedung Putih bahwa setiap tindakan sepihak, akan dilihat sebagai pelanggaran kedaulatan, dan "tindakan agresi."
Sementara Tentara Suriah Merdeka dukungan barat menyatakan para komandannya di lapangan siap berkoordinasi dengan AS.
0 comments:
Post a Comment