Presiden Ukraina Petro Poroshenko membatalkan perjalanannya ke Turki terkait "penempatan tentara Rusia" di wilayah Ukraina timur.
Hal ini diumumkan sesudah pemberontak pro Rusia merebut kota pesisir Novoazovsk dan mengancam kota pelabuhan yang strategis, Mariupol.
Rusia menyangkal, dan mengatakan tak ada tentaranya yang melintasi perbatasan Ukraina.
Setidaknya 2.119 orang terbunuh sejak pertempuran meletus April lalu antara tentara Ukraina dan separatis pro Rusia.
Peristiwa terbaru ini menandai babak baru konflik pelik ini.
"Relawan Rusia"
Presiden Poroshenko mengatakan, ia harus berada di Kiev untuk menghadapi situasi yang makin memburuk di kawasan Donetsk.
"Saya harus mebatalkan kunjungan kerja ke Turki, ... karena tentara Rusia telah benar-benar masuk wilayah Ukraina," demikian pernyataan Poroshenko.
Sementara itu PM Arseny Yatsenyuk menyebut Rusia telah "memicu perang di Eropa," dan menyerukan dunia untuk mengambil "langkah yang tegas."
Tentara pemerintah sebelumnya mengalami kemajuan dalam menghadapi pemberontak selama beberapa pekan terakhir.
Namun perkembangan baru ini mengubah situasi. Seorang perwira NATO mengatakan, ia yakin lebih dari 1.000 tentara Rusia berada di Rusia, membantu separatis dan bertempur di pihak mereka.
Wakil Rusia di Organisasi kerjasama dan Keamanan Eropa (OSCE), Andrey Kelin, menyangkal adanya tentara Rusia di Ukraina.
Namun seorang pemimpin separatis, Alexander Zakharchenko mengatakan kepada TV Rusia bahwa antara 3.000-4.000 warga Rusia bertempur bersama mereka.
Ia mengatakan, sebagian adalah mantan tentara atau tentara aktif yang sedang cuti.
Betapapun, katanya, tentara-tentara Rusia itu adalah relawan.
0 comments:
Post a Comment