TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah saat ini sedang bekerja sama dengan Jepang untuk membangun kereta super cepat seperti Shinkansen. Untuk membangun kereta yang menghubungkan Jakarta hingga Bandung pada awal proyek, pemerintah butuh teknologi Jepang.
Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Luky Eko memaparkan bahwa meski bekerjasama dengan Jepang, pihak pemerintah tak ingin disetir oleh Jepang. Oleh karena itu pemerintah juga membutuhkan pendapat dan teknologi dari Cina dan Korea yang telah berhasil membuat kereta super cepat.
"Kita tidak ingin terikat dari Jepang saja, tapi setidaknya ada masukan dari Cina atau Korea, kalau Eropa terlalu mahal," ujar Luki di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (26/8/2014).
Investor dari Jepang pengembang Highspeed rail pun berminat membangun di pulau Jawa. Namun hingga saat ini investor dan pemerintah menunggu apakah banyak permintaan masyarakat menggunakan kereta Highspeed rail tersebut.
"Harus dicari banyak peminat, makanya trayek pertama Jakarta Bandung," ujar Luki.
Saat ini studi kelayakan (feasibility study/FS) dipegang oleh Jepang terkait teknologi dipilih, sehingga tahap pertama sudah selesai. Namun pada tahap kedua akan menjadi lebih berat tahap kedua, pasalnya harus mencari skema bisnis pengembang highspeed rail tersebut.
"Komitmen BUMN mana, atau swasta atau kerjasama, teknologi apa yang digunaka," ungkap Luki.
Rencananya Highspeed rail yang dibangun bersama Jepang akan membangun rel dengan jarak 600 km dengan kecepatan 250 km/jam dari Jakarta ke Bandung. Setelah tahap pertama selesai, akan dilanjutkan Kertajati ke Cirebon lanjut ke Surabaya.
0 comments:
Post a Comment